Lingkungan Toxid: Apa yang Salah? Jan...!
Image | Freepik.com |
Bullying adalah masalah yang kompleks dan sangat
meresahkan bagi banyak orang tua, anak remaja, psikolog, dan guru. Dalam dunia
yang semakin terhubung ini, bullying tidak hanya terjadi di lingkungan fisik
tetapi juga merambah ke ranah digital. Artikel ini akan membahas secara
mendalam tentang mengapa anak-anak bisa menjadi korban bullying dan bagaimana
kita dapat memahami serta mengatasinya dari sudut pandang keluarga, sekolah,
dan masyarakat.
Mengapa Topik
Ini Penting?
Bullying bukanlah hal baru, tetapi dampak
negatifnya terhadap kesehatan mental dan fisik anak-anak membuatnya menjadi isu
yang harus segera diatasi. Menurut UNICEF, lebih dari sepertiga siswa berusia
13-15 tahun di seluruh dunia mengalami bullying secara teratur. Untuk
benar-benar memahami dan mengatasi masalah ini, penting bagi kita untuk
mengeksplorasi penyebabnya dari berbagai perspektif.
Berdasarkan data terbaru dari Rapor
Pendidikan 2022-2023 yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, sebanyak 24,4 persen peserta
didik di Indonesia mengalami berbagai jenis perundungan (bullying).
Data ini mencakup perundungan fisik, verbal, relasional, dan cyberbullying.
Selain itu, survei yang dilakukan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjukkan bahwa
sekolah-sekolah yang memiliki program anti-bullying dan kebijakan yang jelas
cenderung memiliki tingkat insiden bullying yang lebih rendah. Ini
menunjukkan pentingnya kebijakan dan program yang efektif dalam mengurangi
kejadian bullying di sekolah.
Tujuan dari
Artikel Ini
Artikel ini bertujuan untuk memberikan analisis
mendalam tentang penyebab bullying dengan melihat dinamika keluarga, lingkungan
sekolah, dan norma-norma masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita
dapat mencari solusi yang efektif untuk mencegah dan mengatasi bullying.
Definisi
Bullying
Sebagai langkah awal, mari kita definisikan
bullying. Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan
berulang-ulang terhadap individu yang dianggap lebih lemah. Bentuknya bisa
berupa fisik, verbal, sosial, atau cyberbullying. Memahami jenis-jenis bullying
ini penting agar kita dapat mengenali dan meresponsnya dengan tepat.
Perspektif
Keluarga
Dinamika
Keluarga
Pola asuh orang tua memiliki pengaruh besar
terhadap perilaku anak. Pola asuh yang otoriter atau permisif dapat memicu
perilaku agresif atau sebaliknya, membuat anak menjadi target bullying. Selain
itu, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua dapat membuat anak
merasa tidak berharga, sehingga rentan terhadap bullying.
Kekerasan
dalam Rumah Tangga
Lingkungan rumah yang penuh kekerasan, baik fisik
maupun verbal, dapat memengaruhi perilaku anak. Anak yang sering menyaksikan
atau mengalami kekerasan di rumah cenderung meniru perilaku tersebut di luar
rumah, termasuk di sekolah.
Peran Model
Perilaku
Orang tua dan saudara kandung adalah model utama
bagi anak-anak. Jika mereka menunjukkan perilaku negatif, anak-anak mungkin
akan mengikutinya. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk menunjukkan
perilaku positif dan mendukung.
Kondisi
Ekonomi dan Sosial
Stres ekonomi dan masalah sosial lainnya dalam
keluarga dapat berdampak langsung pada kesejahteraan emosional anak. Anak-anak
dari keluarga dengan kondisi ekonomi sulit sering kali menjadi sasaran bullying
karena dianggap berbeda.
Bagaimana cara
mengatasi bullying di rumah?
Mengatasi bullying di rumah memerlukan pendekatan
yang hati-hati dan penuh empati. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:
- Ciptakan Lingkungan yang Aman dan Mendukung: Pastikan rumah menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak. Berikan dukungan emosional dan
pastikan anak merasa dicintai dan dihargai.
- Komunikasi Terbuka: Ajak
anak untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Dengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menghakimi. Tanyakan bagaimana perasaan
mereka dan apa yang mereka butuhkan untuk merasa lebih baik.
- Ajarkan Keterampilan Sosial: Bantu
anak mengembangkan keterampilan sosial seperti asertivitas, empati, dan
cara menghadapi konflik. Ini bisa membantu mereka merasa
lebih percaya diri dalam menghadapi situasi sulit.
- Pantau Aktivitas Online:
Cyberbullying bisa terjadi di dunia maya. Pantau aktivitas online anak dan
ajarkan mereka tentang penggunaan internet yang aman. Pastikan mereka tahu cara
melaporkan perilaku yang tidak pantas.
- Kumpulkan Bukti: Jika
bullying terjadi, kumpulkan bukti seperti pesan teks, email, atau catatan
kejadian. Ini bisa berguna jika perlu
melibatkan pihak berwenang atau sekolah.
- Libatkan Profesional: Jika
bullying berdampak serius pada kesehatan mental anak, pertimbangkan untuk
mencari bantuan dari psikolog atau konselor. Mereka bisa memberikan dukungan
dan strategi coping yang efektif.
- Kerjasama dengan Sekolah: Jika
bullying terjadi di sekolah, segera laporkan kepada pihak sekolah dan
bekerja sama untuk mencari solusi. Pastikan sekolah memiliki
kebijakan anti-bullying yang jelas dan tegas.
- Berikan Contoh yang Baik:
Tunjukkan perilaku yang baik dan hormat dalam interaksi sehari-hari. Anak-anak belajar dari orang tua
mereka, jadi penting untuk menjadi teladan yang positif.
Apa yang harus
dilakukan jika peran bullying diambil oleh saudara kandung?
Mengatasi bullying yang dilakukan oleh saudara
kandung memerlukan pendekatan yang hati-hati dan penuh empati. Berikut beberapa
langkah yang bisa diambil:
- Komunikasi Terbuka: Ajak
anak untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Dengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menghakimi. Tanyakan bagaimana perasaan
mereka dan apa yang mereka butuhkan untuk merasa lebih baik.
- Tetapkan Batasan yang Jelas:
Jelaskan kepada semua anak bahwa bullying tidak dapat diterima dalam
bentuk apa pun. Tetapkan aturan yang jelas
tentang perilaku yang diharapkan di rumah.
- Ajarkan Keterampilan Sosial: Bantu
anak-anak mengembangkan keterampilan sosial seperti empati, asertivitas,
dan cara menyelesaikan konflik secara damai. Ini bisa membantu mereka
berinteraksi dengan lebih baik.
- Pantau Interaksi: Awasi
interaksi antara saudara kandung untuk memastikan bahwa perilaku bullying
tidak terjadi. Jika perlu, pisahkan mereka
sementara waktu untuk meredakan ketegangan.
- Berikan Konsekuensi yang Sesuai: Jika
bullying terjadi, berikan konsekuensi yang sesuai kepada pelaku. Pastikan konsekuensi tersebut
mendidik dan membantu mereka memahami dampak dari tindakan mereka.
- Berikan Dukungan Emosional:
Pastikan korban bullying mendapatkan dukungan emosional yang mereka
butuhkan. Ini bisa berupa waktu berkualitas
bersama, konseling, atau kegiatan yang meningkatkan kepercayaan diri
mereka.
- Contohkan Perilaku Positif: Orang
tua harus menjadi teladan dalam berperilaku baik dan menghormati orang
lain. Anak-anak belajar dari orang tua
mereka, jadi penting untuk menunjukkan perilaku yang diharapkan.
Bagaimana mengajarkan anak tentang empati dan
pengertian terhadap saudara kandung?
Mengajarkan anak tentang empati dan pengertian
terhadap saudara kandung adalah langkah penting untuk membangun hubungan yang
harmonis di rumah. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Ajarkan Mengenali Emosi: Bantu
anak mengenali dan memahami emosi mereka sendiri serta emosi orang
lain. Misalnya, ketika mereka marah
atau sedih, ajak mereka untuk mengungkapkan perasaan tersebut dan
diskusikan bagaimana perasaan itu muncul.
- Berikan Contoh Empati:
Anak-anak belajar dari orang tua mereka. Tunjukkan empati dalam interaksi
sehari-hari, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian dan menunjukkan
kepedulian terhadap perasaan orang lain.
- Diskusi Tentang Perasaan: Ajak
anak untuk berbicara tentang perasaan mereka dan bagaimana tindakan mereka
dapat mempengaruhi perasaan saudara kandung mereka. Diskusi ini bisa membantu anak
memahami dampak dari tindakan mereka.
- Posisikan Diri Anak Sebagai Orang Lain: Ajak anak untuk membayangkan bagaimana perasaan saudara kandung
mereka dalam situasi tertentu. Misalnya, tanyakan bagaimana
perasaan mereka jika mainan mereka diambil tanpa izin.
- Baca Buku atau Tonton Film Bersama: Pilih
buku atau film yang mengandung pesan tentang empati dan pengertian. Diskusikan cerita tersebut dan
ajak anak untuk mengidentifikasi perasaan karakter dalam cerita.
- Libatkan dalam Kegiatan Amal: Ajak
anak untuk terlibat dalam kegiatan amal atau membantu orang lain. Ini bisa membantu mereka memahami
pentingnya membantu dan peduli terhadap orang lain.
- Berikan Pujian untuk Perilaku Empatik: Ketika anak menunjukkan perilaku empatik, berikan pujian dan
dorongan. Ini akan memperkuat perilaku
positif tersebut.
Image | Freepik.com |
Perspektif
Sekolah
Lingkungan
Sekolah
Sekolah yang tidak aman atau tidak mendukung
dapat menjadi tempat subur untuk bullying. Penting bagi sekolah untuk
menciptakan lingkungan yang inklusif dan aman bagi semua siswa.
Kebijakan dan
Penegakan Aturan
Kebijakan anti-bullying yang tegas dan efektif di
sekolah dapat membantu mencegah dan menangani kasus bullying. Namun, kebijakan
ini harus diikuti dengan tindakan nyata dan dukungan dari seluruh staf sekolah.
Peran Guru dan
Staf
Guru dan staf sekolah memiliki peran penting
dalam mendeteksi dan mencegah bullying. Pendidikan dan pelatihan tentang cara
menangani bullying harus menjadi bagian dari program pengembangan profesional
mereka.
Dinamika
Kelompok Teman Sebaya
Tekanan teman sebaya dan dinamika kelompok dapat
memengaruhi perilaku bullying. Siswa yang ingin diterima dalam kelompok mungkin
merasa perlu untuk berpartisipasi dalam bullying.
Bagaimana cara
mengatasi bullying di sekolah?
Mengatasi bullying di sekolah memerlukan
kerjasama antara guru, orang tua, dan siswa. Berikut beberapa langkah yang bisa
diambil:
- Sosialisasi dan Edukasi: Berikan
sosialisasi kepada siswa tentang apa itu bullying, dampaknya, dan
bagaimana cara melaporkannya. Edukasi ini bisa dilakukan
melalui seminar, diskusi kelas, atau kegiatan ekstrakurikuler.
- Dukungan untuk Korban: Berikan
dukungan emosional dan psikologis kepada korban bullying. Ini bisa berupa konseling atau
bimbingan dari guru BK (Bimbingan Konseling).
- Peraturan yang Tegas: Sekolah
harus memiliki kebijakan anti-bullying yang jelas dan tegas. Pelaku bullying harus diberikan
sanksi yang sesuai untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
- Teladan yang Baik: Guru
dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam berperilaku baik dan
menghormati orang lain. Ini akan membantu menciptakan
lingkungan sekolah yang positif.
- Melibatkan Orang Tua: Orang
tua harus diajak untuk berpartisipasi dalam upaya mengatasi
bullying. Mereka perlu diajarkan cara
mendeteksi tanda-tanda bullying dan bagaimana memberikan dukungan kepada
anak mereka.
Bagaimana
melibatkan siswa secara aktif dalam mengatasi bullying di sekolah?
Melibatkan siswa secara aktif dalam mengatasi
bullying di sekolah adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang
aman dan inklusif. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Kelompok Siswa Anti-Bullying: Bentuk
kelompok siswa yang bertujuan untuk mengedukasi teman-teman mereka tentang
bullying dan cara menghadapinya. Kelompok ini bisa mengadakan
diskusi, seminar, dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan kesadaran.
- Kampanye Anti-Bullying: Ajak
siswa untuk terlibat dalam kampanye anti-bullying di sekolah. Mereka bisa membuat poster,
video, atau drama tentang dampak bullying dan cara mencegahnya.
- Sistem Pelaporan Anonim:
Sediakan sistem pelaporan anonim yang memungkinkan siswa melaporkan
insiden bullying tanpa takut akan pembalasan. Ini bisa berupa kotak saran atau
aplikasi digital.
- Diskusi Kelas: Ajak
siswa untuk berdiskusi tentang bullying dalam kelas. Diskusi ini bisa membantu mereka
memahami dampak bullying dan pentingnya saling mendukung.
- Penghargaan untuk Perilaku Positif: Berikan
penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif dan membantu
mencegah bullying. Ini bisa berupa sertifikat,
penghargaan bulanan, atau pengakuan publik.
Bagaimana
pencegahan bullying dapat ditingkatkan di sekolah?
Meningkatkan pencegahan bullying di sekolah
memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan seluruh komunitas
sekolah. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
- Edukasi dan Kesadaran:
- Kebijakan dan Penegakan Aturan:
- Pelatihan untuk Guru dan Staf:
- Dukungan untuk Korban:
- Melibatkan Orang Tua dan Komunitas:
- Penggunaan Teknologi:
Image | Freepik.com |
Perspektif
Masyarakat
Budaya dan
Norma Sosial
Budaya dan norma sosial memainkan peran besar
dalam menentukan perilaku individu. Jika bullying diterima atau dianggap
sebagai bagian dari budaya, maka akan sulit untuk mengubahnya.
Media dan
Teknologi
Penggunaan media sosial dan teknologi telah
memperluas jangkauan bullying ke dunia maya. Cyberbullying bisa lebih merusak
karena dapat terjadi 24/7 dan sulit untuk dihentikan.
Peran
Komunitas
Komunitas lokal dapat berperan dalam mencegah dan
menangani bullying melalui program kesadaran dan dukungan. Pembentukan aliansi
anti-bullying lokal dapat menjadi langkah awal yang baik.
Kampanye dan
Program Kesadaran
Kampanye kesadaran masyarakat tentang bullying
dan dampaknya dapat membantu mengubah persepsi dan sikap terhadap masalah ini.
Program pendidikan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dapat meningkatkan
pemahaman dan kerjasama.
Bagaimana cara
mengatasi bullying di masyarakat?
Mengatasi bullying di masyarakat memerlukan
pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Berikut beberapa
langkah yang bisa diambil:
- Edukasi dan Kesadaran:
- Kampanye Kesadaran: Adakan
kampanye kesadaran tentang bullying melalui media sosial, seminar, dan
kegiatan komunitas. Edukasi masyarakat tentang
dampak bullying dan pentingnya menghormati orang lain.
- Perlindungan dan Dukungan:
- Memberikan Perlindungan yang Aman:
Pastikan korban bullying mendapatkan perlindungan yang aman dan dukungan
emosional. Dorong mereka untuk berbicara
dan laporkan insiden bullying kepada pihak berwenang.
- Mendampingi Korban:
Berikan dukungan dan pendampingan kepada korban bullying. Ini bisa berupa konseling atau
bantuan dari komunitas lokal.
- Komunikasi yang Baik:
- Berkomunikasi dengan Baik:
Ajarkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan baik dan menghindari
tindakan kasar. Dengarkan cerita korban dengan
penuh perhatian dan hindari menyalahkan mereka.
- Kolaborasi dengan Pihak Berwenang:
- Penggunaan Teknologi:
Apakah pelaku
bully bisa dibawa keranah hukum?
Ya, pelaku bullying bisa dibawa ke ranah hukum di
Indonesia. Tindakan bullying dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan beberapa
undang-undang yang berlaku. Berikut adalah beberapa ketentuan hukum yang
mengatur tentang bullying:
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
- Pasal 351 KUHP:
Mengatur tentang penganiayaan. Jika pelaku bullying melakukan
kekerasan fisik terhadap korban, seperti memukul atau menendang, mereka
dapat dijerat dengan pidana penjara maksimal 2 tahun 8 bulan.
- Pasal 170 KUHP:
Mengatur tentang pengeroyokan. Jika bullying dilakukan secara
bersama-sama, pelaku dapat diancam dengan pidana penjara maksimal 5 tahun
6 bulan.
- Pasal 335 KUHP:
Mengatur tentang pengancaman. Jika pelaku melakukan kekerasan
psikis seperti mengancam akan melukai korban, mereka dapat dijerat dengan
pidana penjara maksimal 9 bulan atau denda.
- Pasal 310 KUHP:
Mengatur tentang pencemaran nama baik. Jika pelaku menyebarkan
pernyataan yang merugikan nama baik korban, mereka dapat dikenakan sanksi
pidana.
- Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak:
- Pasal 76C: Melarang setiap orang
melakukan kekerasan terhadap anak. Pelaku bullying terhadap anak
dapat dikenakan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan dan/atau denda
maksimal Rp72 juta.
Dengan adanya ketentuan hukum ini, diharapkan
dapat memberikan efek jera kepada pelaku dan melindungi korban bullying.
Apa saja
langkah-langkah yang dapat diambil oleh korban untuk menghadapi pelaku bully
secara hukum?
Korban bullying memiliki beberapa langkah yang
dapat diambil untuk menghadapi pelaku secara hukum di Indonesia. Berikut adalah
langkah-langkah yang bisa diikuti:
- Laporkan kepada Pihak Sekolah atau Institusi:
- Jika bullying terjadi di sekolah, segera laporkan kejadian tersebut
kepada guru, kepala sekolah, atau staf yang bertanggung jawab. Sekolah biasanya memiliki
prosedur untuk menangani kasus bullying.
- Kumpulkan Bukti:
- Kumpulkan bukti-bukti yang mendukung klaim bullying, seperti pesan
teks, email, rekaman video, atau saksi mata. Bukti ini akan sangat berguna
saat melaporkan kasus kepada pihak berwenang.
- Laporkan kepada Orang Tua atau Wali:
- Ceritakan kejadian bullying kepada orang tua atau wali. Mereka dapat memberikan dukungan
emosional dan membantu melaporkan kasus tersebut kepada pihak berwenang.
- Laporkan kepada Polisi:
- Jika bullying melibatkan kekerasan fisik atau ancaman serius,
laporkan kejadian tersebut kepada polisi. Polisi dapat mengambil tindakan
hukum terhadap pelaku berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
dan Undang-Undang Perlindungan Anak.
- Konsultasi dengan Pengacara:
- Pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan pengacara yang berpengalaman
dalam kasus bullying. Pengacara dapat memberikan
nasihat hukum dan membantu dalam proses hukum, termasuk mengajukan
tuntutan pidana atau perdata.
- Ajukan Tuntutan Perdata:
- Selain tuntutan pidana, korban atau wali korban dapat mengajukan
tuntutan perdata untuk meminta ganti rugi atas kerugian yang
dialami. Ini bisa dilakukan berdasarkan
Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum.
- Dukungan Psikologis:
- Cari dukungan psikologis melalui konseling atau terapi. Ini penting untuk membantu
korban mengatasi trauma dan membangun kembali kepercayaan diri mereka.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, korban
bullying dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menghadapi pelaku secara
hukum dan mendapatkan keadilan
Studi Kasus
Salah satu contoh adalah keluarga yang aktif
berkomunikasi dan melakukan kegiatan bonding, membuat anak mampu menghadapi
bullying dengan resilience. Di sisi lain, sebuah sekolah dengan kebijakan nol
toleransi terhadap bullying dan dukungan kuat dari guru dan staf berhasil
mengurangi insiden bullying secara signifikan.
Solusi dan
Rekomendasi
Untuk Keluarga
Orang tua harus mendorong komunikasi terbuka di
rumah dan mengajarkan empati serta inklusivitas kepada anak-anak mereka.
Memantau aktivitas online anak dan menjadi contoh yang baik dalam menyelesaikan
konflik juga penting.
Untuk Sekolah
Sekolah perlu menciptakan lingkungan yang aman
dan inklusif dengan menerapkan kebijakan anti-bullying yang komprehensif.
Dukungan dan sumber daya harus diberikan kepada korban dan pelaku bullying.
Untuk
Masyarakat
Masyarakat dan komunitas lokal dapat mengambil
langkah seperti membangun program pendidikan anti-bullying dan mendukung
inisiatif-inisiatif lokal untuk mengurangi bullying.
Kesimpulan
Memahami alasan di balik bullying adalah langkah
penting dalam mencegah dan menanganinya. Kolaborasi antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung bagi anak-anak. Mari kita berperan aktif dalam mencegah dan menangani
bullying demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Daftar Pustaka
- Smith, P. K., Pepler, D., & Rigby, K. (Eds.). (2004). Bullying
in Schools: How Successful Can Interventions Be? Cambridge University
Press.
- Rigby, K. (2010). Bullying Interventions in Schools: Six Basic
Approaches. John Wiley & Sons.
- Hazler, R. J. (1996). Breaking the Cycle of Violence: Interventions
for Bullying and Victimization. Accelerated Development.
- Olweus, D. (1993). Bullying at School: What We Know and What We Can
Do. Blackwell Publishing.
- Patchin, J. W., & Hinduja, S. (2010). Cyberbullying Prevention
and Response: Expert Perspectives. Routledge.
- Bauman, S., Cross, D., & Walker, J. (2013). Principles of
Cyberbullying Research: Definitions, Measures, and Methodology.
Routledge.
- Farrington, D. P., & Ttofi, M. M. (2009). School-Based Programs
to Reduce Bullying and Victimization. Campbell Systematic Reviews.
- Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2015). Bullying beyond the
Schoolyard: Preventing and Responding to Cyberbullying. Corwin.
- Espelage, D. L., & Swearer, S. M. (Eds.). (2004). Bullying in
American Schools: A Social-Ecological Perspective on Prevention and
Intervention. Lawrence Erlbaum Associates.
- Kowalski, R. M., Limber, S. P., & Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying:
Bullying in the Digital Age. Wiley-Blackwell.
- Wulandari, A., & Santoso, D. (2018). Intervensi Mengatasi
Bullying di Sekolah Dasar: Studi Kasus di Indonesia. LPPM Universitas
Negeri Malang.
- Kurniawan, A., & Suryani, S. (2015). Pendidikan Karakter untuk
Mengurangi Perilaku Bullying. Alfabeta.
- Rahardjo, W., & Utami, A. F. (2019). Peran Guru dalam
Pencegahan Bullying di Sekolah. Erlangga.
- Prasetyo, F., & Dewi, L. (2014). Membangun Lingkungan Sekolah
Bebas Bullying. PT Gramedia Pustaka Utama.
- Hidayat, T., & Rahmah, N. (2017). Strategi Kreatif dalam
Menghadapi Bullying di Kalangan Remaja. Mizan.
- Susanti, E. (2012). Dinamikas Sosial Bullying di SMP: Perspektif
Indonesia. Pustaka Pelajar.
0 komentar:
Posting Komentar