Pembentukan Tentara dan Polisi Cyber di Indonesia: Langkah Menuju Keamanan Digital
Photos by K_E_N in depositphotos.com |
Pendahuluan
Di era digital yang semakin maju, ancaman siber
menjadi salah satu tantangan terbesar bagi keamanan nasional. Menyadari hal
ini, pemerintah Indonesia berencana membentuk unit khusus yang terdiri dari
tentara dan polisi cyber. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat pertahanan
negara terhadap serangan siber dan melindungi infrastruktur kritis.
Rencana Pembentukan Tentara dan Polisi Cyber
Pembentukan tentara dan polisi
cyber di Indonesia telah menjadi fokus utama pemerintah. Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih Prabowo Subianto
telah memberikan restu untuk pembentukan unit ini sebagai matra keempat dalam
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan bagian dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri). Unit ini akan bertanggung jawab atas operasi siber
defensif dan ofensif, serta melindungi data dan infrastruktur digital negara
dari ancaman siber.
Pekerjaan Konkret Tentara dan Polisi Cyber
- Deteksi dan Pencegahan Serangan Siber: Unit ini akan bertugas untuk mendeteksi
dan mencegah serangan siber sebelum mereka dapat merusak infrastruktur
kritis. Mereka akan menggunakan teknologi canggih untuk memonitor jaringan
dan sistem informasi negara.
- Respons Terhadap Insiden Siber: Ketika serangan siber terjadi, tentara dan
polisi cyber akan merespons dengan cepat untuk meminimalkan kerusakan.
Mereka akan bekerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan sektor
swasta untuk mengatasi insiden tersebut.
- Pengembangan Keamanan Siber: Selain menangani serangan, unit ini juga
akan fokus pada pengembangan teknologi dan strategi keamanan siber. Mereka
akan melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan
pertahanan siber negara.
- Edukasi dan Pelatihan: Tentara dan polisi cyber akan memberikan
pelatihan dan edukasi kepada masyarakat dan organisasi tentang pentingnya
keamanan siber. Ini termasuk kampanye kesadaran tentang ancaman siber dan
cara melindungi diri secara online.
Negara yang Telah Mengimplementasikan Tentara dan
Polisi Cyber
Beberapa negara telah lebih dulu mengimplementasikan
unit siber dalam struktur militer dan kepolisian mereka:
- Amerika Serikat:
Memiliki United States Cyber Command (USCYBERCOM) yang bertanggung jawab
atas operasi siber defensif dan ofensif3.
- Rusia: Memiliki unit
siber di bawah kendali militer dan intelijen, termasuk GRU (Direktorat
Intelijen Utama).
- China: Tentara
Pembebasan Rakyat (PLA) memiliki unit siber yang fokus pada operasi siber
untuk kepentingan pertahanan dan ofensif.
- Israel: Unit 8200 di
bawah Angkatan Pertahanan Israel (IDF) terkenal dengan kemampuan teknologi
siber dan intelijen yang maju.
- Inggris: National
Cyber Force (NCF) yang merupakan kolaborasi antara Kementerian Pertahanan
dan Badan Komunikasi Pemerintah (GCHQ).
- Korea Selatan:
Memiliki Cyber Command untuk menangani ancaman siber, terutama dari Korea
Utara.
- Peretasan Situs Web KPU
(2004): Seorang peretas yang dikenal dengan nama Xnuxer
berhasil membobol situs web Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan menyisipkan
informasi aneh yang membuat situs tersebut kacau.
- Perang Hacker antara
Indonesia dan Australia (2013): Serangan ini dimulai ketika
situs web Australian Secret Intelligence Service (ASIS) diretas oleh sekelompok
peretas Indonesia yang menyebut diri mereka sebagai “Indonesian Cyber Army”.
- Serangan ke Tiket.com
dan Citilink (2016): Kedua situs ini mengalami serangan siber
yang menyebabkan gangguan layanan dan kerugian finansial.
- Situs Web Telkomsel
Menampilkan Kata-Kata Kasar (2017): Situs web Telkomsel diretas
dan menampilkan pesan-pesan kasar yang mengkritik harga paket data yang mahal.
- Kebocoran Data Pengguna
Tokopedia (2020): Data pengguna Tokopedia bocor dan dijual di
dark web, mengakibatkan kebocoran informasi pribadi jutaan pengguna.
- Peretasan Situs Web BPJS
Kesehatan (2021): Data pribadi jutaan peserta BPJS Kesehatan
bocor dan dijual di forum online.
- Serangan Ransomware pada
Bank Syariah Indonesia (2023): Bank Syariah Indonesia mengalami
serangan ransomware yang mengenkripsi data dan meminta tebusan untuk
mengembalikan akses.
Serangan-serangan ini menunjukkan betapa pentingnya keamanan
siber dalam melindungi data dan infrastruktur digital.
- Peningkatan Jumlah Serangan Siber: Pada semester pertama tahun 2024, jumlah serangan siber di Indonesia meningkat enam kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total serangan mencapai lebih dari 2,4 miliar, dengan rata-rata 13,7 juta serangan per hari.
- Serangan dari Dalam Negeri: Menariknya, mayoritas serangan siber di Indonesia berasal dari dalam negeri sendiri. Daerah seperti DKI Jakarta dan Depok menjadi pusat serangan karena infrastruktur digital yang lengkap dan konsentrasi data penting.
- Advanced Persistent Threats (APT): Serangan APT, yang seringkali dilakukan oleh aktor negara, terus menjadi ancaman signifikan. Serangan ini biasanya bertujuan untuk mencuri data sensitif atau mengganggu operasi penting.
- Ransomware: Serangan ransomware masih menjadi ancaman utama, di mana penyerang mengenkripsi data korban dan meminta tebusan untuk mengembalikan akses. Serangan ini telah menargetkan berbagai sektor, termasuk perbankan dan layanan kesehatan.
- Supply Chain Attacks: Serangan terhadap rantai pasokan juga meningkat. Penyerang menargetkan vendor atau pemasok untuk mendapatkan akses ke sistem yang lebih besar dan lebih penting.
- Phishing: Serangan phishing tetap menjadi salah satu metode paling umum yang digunakan oleh penyerang untuk mencuri informasi pribadi atau data penting lainnya.
- Serangan terhadap Infrastruktur Kritis: Infrastruktur penting seperti jaringan listrik, sistem transportasi, dan layanan kesehatan menjadi target utama serangan siber. Ini menunjukkan perlunya peningkatan keamanan pada sektor-sektor ini.
Dengan meningkatnya ancaman ini, penting bagi individu dan organisasi di Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan langkah-langkah keamanan siber mereka.
Kesimpulan
Pembentukan tentara dan polisi cyber di Indonesia adalah langkah penting untuk menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks. Dengan belajar dari negara-negara yang telah sukses mengimplementasikan unit siber, Indonesia dapat memperkuat pertahanan digitalnya dan melindungi kepentingan nasional di era digital ini.
0 komentar:
Posting Komentar